TUGAS
SOFTSKILL
MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA
(Peranan
Pola Asuh Orang tua Untuk
Pembentukan
Perilaku Sosial Pada Anak )

Disusun Oleh
Nama :Arief Sofyan
NPM : 31413306
Kelas : 2ID03
JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam
proses tumbuh kembang menjadi manusia, anak mulai dibentuk kepribadianya oleh
keluarganya. Pembentukan kepribadian anak diperoleh melalui proses sosialisasi
di dalam keluarga yang berlangsung dalam bentuk interaksi antara anggota
keluarga. Pemberian perlakuan oleh orangtua kepada anaknya menekankan pada
bagaimana mengasuh anak dengan baik. Pada umumnya perlakuan orang tua di dalam
mengasuh anak-anaknya diwujudkan dalam bentuk merawat, mengajar, membimbing dan
kadang-kadang bermain dengan anak. Orangtua sangat berpengaruh terhadap
pendidikan anak, sebab orangtua merupakan guru pertama dan utama bagi anak.
Orangtua yang mampu menyadari akan peran dan fungsinya yang demikian strategis,
akan mampu menempatkan diri secara lebih baik dan menerapkan pola asuh dan pola
pendidikan secara lebh tepat.
Perilaku
sosial anak perlu dikembangkan karena dua alasan. Pertama, pola perilaku dan
sikap yang dibentuk pada masa awal anak cenderung menetap. Kedua, jenis
perilaku sosial yang dilakukan anak meninggalkan ciri pada konsep diri mereka.
Orangtua menaruh perhatian terhadap perilaku sosial anak karena anak yang
diterima dengan baik mempunyai kemungkinan jauh lebih besar untuk mengerjakan
sesuatu sesuai dengan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang ditolak atau
diabaikan oleh teman sebayanya.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Pola
Asuh Orangtua
Pola asuh orangtua adalah cara orangtua mengasuh
anak-anaknya yang antara lain diwujudkan dalam bentuk pendisiplinan, pemberian
teladan, ganjaran dan hukuman. Ada empat pola pengasuhan yang biasa diterapkan
orangtua dalam mengasuh anak-anaknya, yaitu pola pengasuhan autoritatif, pola
pengasuhan otoriter, pola pengasuhan penyabar dan pola pengasuhan penelantar.
Pola
pengasuhan autoritatif adalah pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua
yang menerima kehadiran anak dengan sepenuh hati serta memiliki pandangan atau
wawasan kehidupan masa depan dengan jelas. Pada pola pengasuhan ini, orangtua
lebih memprioritaskan kepentingan masa depan dengan jelas. Pada pola pengasuhan
ini orangtua lebih memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan
kepentingan dirinya. Tetapi mereka tidak ragu-ragu mengendalikan anak. Orangtua
mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak agar anak memiliki
sikap, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang akan mendasari anak untuk
mengarungi hidup di masa mendatang.
Pola
pengasuhan otoriter kebanyakan diterapkan oleh orangtua yang berasal dari pola
pengasuhan otoriter pula di masa kanak-kanaknya, atau oleh orang tua yang
sebenarnya menolak kehadiran anak. Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter
cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
fokusnya lebih pada masa kini. Orangtua menilai dan menuntut anak untuk
mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orangtua, memutlakkan
kepatuhan dan rasa hormat atau sopan santun. Orangtua tidak menyadari bahwa
dikemudian hari anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter mungkin akan
menimbulkan masalah yang lebih rumit dan memusingkan. Meskipun anak-anak dengan
pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan tanggung jawab yang cukup,
namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan
tampak kurang percaya diri.
Pola
pengasuhan penyabar atau pemanja kebalikan dari pola pengasuhan otoriter.
Segala sesuatu justru berpusat pada kepentingan anak. Orangtua tidak pernah
menegur anak atau tidak berani menegur perilaku anak, meskipun perilaku
tersebut sudah keterlaluan atau di luar batas kewajaran. Dalam kondisi yang demikian
terkadang terkesan jangan sampai mengecewakan anak atau yang penting anak
jangan sampai menangis. Meskipun anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung
lebih energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan
otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), impulsif dan
mementingkan diri sendiri.
Pola pengasuhan penelantar, orangtua
lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anak.
Kepentingan perkembangan kepribadian anak terabaikan. Orangtua dengan pola
pengasuhan ini kurang atau bahkan sama sekali tidak mempedulikan perkembangan
psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri. Pola pengasuhan ini pada
umumnya diterapkan oleh orangtua yang sebenarnya menolak kehadiran anak dengan
berbagai alasan. Banyak orangtua yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri
dengan berbagai macam alasan pembenaran. Tidak jarang di antara mereka yang
tidak peduli atau tidak tahu dimana anaknya berada, dengan siapa saja mereka
bergaul, sedang apa anak tersebut dan sebagainya.
Perilaku
Sosial
Perilaku
sosial merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikembangkan karena
sangat mempenaruhi proses tumbuh kembang anak khususnya anak usia taman
kana-kanak. Pengembangan perilaku sosial pada anak usia taman kanak-kanak
merupakan salah satu aspek yang sangat mendukung perkembangan anak khusunya
perkembangan sosial. Perilaku sosial adalah perilaku yang menunjukkan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma
yang berlaku dimana individu berada. Individu dengan perilaku sosial adalah
individu yang perilakunya mencerminkan tiga proses sosialisasi, sehingga mereka
cocok dengan kelompok teman mereka menggambungkan diri dan diterima sebagai
anggota kelompok. Adapun tiga proses sosialisasi yaitu belajar berperilaku yang
dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima dan
perkembangan sikap social.
Belajar berperilaku yang dapat diterima secara
sosial terkait dengan standar dari setiap kelompok sosial tentang perilaku yang
dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui
perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku
dengan patokan yang dapat diterima. Memainkan peran sosial yang dapat diterima,
dimana pola kebiasaan setiap kelompok sosial yang telah ditentukan harus juga
dapat dipatuhi oleh anggotanya. Sedangkan perkembangan sikap sosial, berarti
anak yang bergaul harus menyukai orang dan aktivitas sosial yang ada di
kelompok tersebut, sehingga mereka dapat berhasil dalam penyesuaiann sosial dan
dapat diterima sebagai anggota kelompok tempat mereka menggabungkan diri.
Bila perilaku sosial anak, seperti
yang dinilai berdasarkan standar kelomponya memenuhi harapan kelompok, maka
akan menjadi anggota yang akan diterima kelompok. Anak yang menyesuaikan diri
dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun
kelompok orang dewasa, secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik. Anak harus menunjukkan sikap yang menyenangkan
terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial dan terhadap peranannya dalam
kelompok sosial, bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik secara sosial.
Orangtua adalah kunci utama
keberhasilan anak. Orangtualah yang pertama kali dipahami anak sebagai orang
yang memiliki kemampuan luar biasa di luar dirinya dan dari orangtuanya anak
pertama kali mengenal dunia. Melalui orangtua, anak menegmbangkan seluruh aspek
pribadinya. Dalam hal ini, konsep orang tua bukan hanya orang tua yang
melahirkan anak, melainkan orangtua yang mengasuh, melindungi dan memberikan
kasih sayang kepada anak. Memahami betapa pentingnya peran orang tua bagi
pendidikan dan pengembangan anak serta betapa besar tanggung jawab orangtua
terhadap pengembangn diri anak baik di rumah maupun di sekolah, maka belajar
bagi orangtua mutlak diperlukan. Dengan terus belajar orangtua akan mampu
melaksanakan tugas dan fungsinyadengan lebih baik. Selain itu orangtua juga
akan mampu memerankan diri sebagai orangtua yang lebih bijaksana di mata
anak-anaknya.
Peran orangtua bagi penegembangan
anak secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Memelihara
kesehatan fisik dan mental anak. Fisik yang sehat akan memberikan peluang yang
lebih besar bagi kesehatan mental.
2. Meletakkan
dasar kepribadian yang baik. Struktur kepribadian anak dibangun dan dibentuk
sejak usia dini.
3. Membimbing
dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri. Anak akan berkembang melalui
proses dalam lingkungannya. Lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga.
4. Memberikan
fasilitas yang memadai bagi pengembangan
diri anak.
5. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan
kondusif bagi pengembangan diri anak.
Perilaku sosial seperti halnya aspek perkembangan
lainnya juga mempunyai bentuk bentuk yang membedakan dengan fase-fase
perkembangan yang lain. Beberapa bentuk perilaku sosial yang nampak pada anak
usia taman kanak-kanak, yaitu (Hurlock, 1978):
1. Kerja
sama
2. Persaingan
3. Kemurahan
hati
4. Hasrat
akan penerimaan sosial
5. Simpati
6. Empati
7. Ketergantungan
8. Sikap
ramah
9. Sikap
tidak mementingkan diri sendiri
10. Meniru
11. Perilaku
kelekatan
Faktor-faktor
pendorong pola orang tua.dalam mendidik anak usia dini
Dimana faktor tersebut terbagi
menjadi 3 diantaranya yaitu :
1.
Faktor
pendidikan
Pendidikan yang baik merupakan
wahana untuk membangun sumber daya manusia
( human resource ), dan sumber daya
manusia itu terbukti menjadi faktor determinan bagi keberhasilan bagi
pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
2.
Faktor
keagamaan
Dalam rangka mencapai keselamatan
anak usia dini, agama memegang peranan penting. Maka orang tua yang mempunyai
dasar agama kuat, akan kaya berbagai cara untuk melaksanakan upaya terbaik baik
psikis maupun fisik terhadap anak.
3.
Faktor
lingkungan
Lingkungan juga faktor yang sangat
kuat mempengaruhi upaya orang tua secara psikis dan fisik terhadap anak usia
dini. Pengaruh lingkungan ada yang baik dan ada yang buruk. Ketiga faktor
tersebut seperti pendidikan keagamaan dan lingkungan merupakan faktor yang
melatarbelakangi adanya upaya spiritual ( psikis ) dan fisik yang dilaksanakan
oleh orang tua dalam rangka memperoleh generasi yang unggul. Jadi tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh terhadap upaya secara psikis dan fisik baik
yang menafaskan agama maupun tradisi.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Effendi, Ridwan dan Elly Malihah.
(2007). Panduan Kuliah Pendidikan
Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi.
Bandung : CV. Maulana Media Grafika.
2.
Hasan,
maemunah.2009. Pendidikan Anak Usia dini. Yogyakarta: Diva Press
3.
Mansur.2009.Pendidikan
Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar